Minggu, 11 Januari 2009

Al-Qur'An Kalamullah - Bukan Makhluk

Versi Print Versi Print

Syaikh Abu Utsman berkata: "Ashhabul Hadits bersaksi dan berkeyakinan bahwa Al-Qur'an adalah kalamullah (ucapan Allah), Kitab-Nya dan wahyu yang di-turunkan, bukan makhluk. Barangsiapa yang menyatakan dan berkeyakinan bahwa ia makhluk maka kafir menurut pandangan mereka.

Al-Qur'an merupakan wahyu dan kalamullah yang diturunkan melalui Jibril kepada Rasulullah dengan bahasa Arab untuk orang-orang yang berilmu sebagai peringatan dan kabar gembira, sebagaimana firman Allah :

"Dan sesungguhnya al-Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Rabb semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas”. (Asy-Syu'ara: 192-195)

Al-Qur'an disampaikan oleh Rasulullah kepada umatnya sebagaimana yang diperintahkan Allah :

"Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu". (Al-Maidah:67)

Dan yang disampaikan oleh beliau adalah kalamullah.

Rasulullah bersabda :

" Adakah seseorang yang mau membawaku ke kaumnya?. Sesungguhnya orang-orang Quraisy menghalangiku untuk menyam-paikan kalam (ucapan) Rabbku" (HR. Bukhari dalam Af'alul 'ibad, At-Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Ibnu Majah)

Al-Qur'an yang dihafal dalam hati, dibaca oleh lisan, dan ditulis dalam mushaf-mushaf, bagaimanapun caranya Al-qur'an dibaca oleh qari, dilafadzkan oleh seseorang, dihafal oleh hafidz, atau dibaca dimanapun ia dibaca, atau ditulis dalam mushaf-mushaf dan papan catatan anak-anak dan yang lainnya adalah kalamullah-bukan makhluk. Barangsiapa yang beranggapan bahwa ia makhluk, maka telah kufur kepada Allah Yang Maha Agung.

Al-Imam Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah berkata : "Al-Qur'an adalah kalamullah-bukan makhluk. Barang-siapa yang mengatakan Al-Qur'an adalah makhluk, maka dia telah kufur kepada Allah Yang Maha Agung, tidak diterima persaksiannya, tidak dijenguk jika sakit, tidak dishalati jika mati, dan tidak boleh dikuburkan di pekuburan kaum muslimin. Ia diminta taubat, kalau tidak mau maka dipenggal lehernya.” (Sanadnya shahih, disebutkan oleh Adz-Dzahabi dalam Tadzkiratul Huffadz)

Abu Ishaq bin Ibrahim pernah ditanya tentang lafadz Al-Qur'an, maka Beliau ber-kata : "Tidak pantas untuk diperdebatkan. 'Al-Qur'an kalamullah -bukan makhluk' "

Imam Ahmad bin Hambal berkata : "Orang yang menganggap makhluk lafadz Al-Qur'an adalah Jahmiyah, Allah ber-firman :’...maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar kalamullah' (At-Taubah : 6). Dari mana ia mendengar?” (Sanadnya shahih)

Abdullah bin Al-Mubarak berkata : "Barangsiapa yang mengkufuri satu huruf Al-Qur'an saja, maka ia kafir (ingkar) dengan Al-Qur'an. Barangsiapa yang mengatakan: Saya tidak percaya dengan Al-Qur'an maka ia kafir"

Maraji’[referensi] : Aqidah Salaf Ashhabul Hadits, oleh Syaikh Abu Isma'il Ash-Shabuni (373H - 449 H).

Forsitek.wijaya.ac.id

Dalam hal aqidah, Imam Syafi'i memiliki wasiat tentang Al-Qur,an Kalamullah Muhammad bin Ali bin Shabbah Al-Baldani berkata: "Inilah wasiat Imam Syafi'i yang diberikan kepada para sahabatnya, "Hendaklah Anda bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Satu, yang tiada sekutu bagiNya. Dan sesungguhnya Muhammad bin Abdillah adalah hamba dan RasulNya. Kami tidak membedakan para rasul antara satu dengan yang lain. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah semata, Tuhan semesta alam yang tiada bersekutu dengan sesuatu pun. Untuk itulah aku diperintah, dan saya termasuk golongan orang yang menyerahkan diri kepadaNya. Sesungguhnya Allah membangkitkan orang dari kubur dan sesungguhnya Surga itu haq, Neraka itu haq, adzab Neraka itu haq, hisab itu haq dan timbangan amal serta jembatan itu haq dan benar adanya. Allah subhanahu wa ta'alamembalas hambaNya sesuai dengan amal perbuatannya. Di atas keyakinan ini aku hidup dan mati, dan dibangkitkan lagi Insya Allah. Sesungguhnya Al-Qur'an adalah Kalamullah, bukan makhluk ciptaanNya. Sesungguhnya Allah di hari akhir nanti akan dilihat oleh orang-orang mukmin dengan mata telanjang, jelas, terang tanpa ada suatu penghalang, dan mereka mendengar firmanNya, sedangkan Dia berada di atas 'Arsy. Sesungguhnya takdir, baik buruknya adalah berasal dari Allah Yang Maha Perkasa dan Agung. Tidak terjadi sesuatu kecuali apa yang Allah kehendaki dan Dia tetapkan dalam qadha' qadarNya. dan lainnya). Aku mengakui hak salaf yang dipilih oleh Allah subhanahu wa ta'ala untuk menyertai NabiNya, mengambil keutamaannya. Aku menutup mulut dari apa yang terjadi di antara mereka, pertentangan ataupun peperangan baik besar maupun kecil. Aku mendahulukan Abu Bakar, kemudian Umar kemudian Utsman kemudian Ali radhiallahu 'anhum. Mereka adalah Khulafaur Rasyidin. Aku ikat hati dan lisanku, bahwa Al-Qur'an adalah Kalamullh yang diturunkan, bukan makhluk yang diciptakan. Sedangkan mempermasalahkan lafazh (ucapan seseorang yang melafazhkan Al-Qur'an apakah makhluk atau bukan) adalah bid'ah, begitu pula sikap tawaqquf (diam, tidak mau mengatakan Al-Qur'an itu bukan makhluk, juga tidak mau mengatakan Al-Qur'an itu makhluk") adalah bid'ah. Iman adalah ucapan dan amalan yang mengalami pasang surut. (Lihat Al-Amru bil Ittiba', As-Suyuthi, hal. 152-154, tahqiq Mustofa Asyur; Ijtima'ul Juyusyil Islamiyah, Ibnul Qayyim, 165).

Tidak ada komentar: