Senin, 12 Januari 2009

GHULUW TERHADAP ORANG-ORANG SHOLEH

"Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Hanyasanya Al Masih, 'Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya . Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.(al-an'am : 171)

Ta'rif Ghuluw

a) secara bahasa

Ibnu faris berkata: "arti kata غلو ialah meninggi dan melebihi batas", غلا السعر يغلو غلاء (harganya tinggi)

Ibnu Mandlur berkata: "ghuluw ialah berlebihan dalam agama dan perintah" artinya melebihi batas

b) secara syara'

Ibnu Taimiyah berkata: "Ghuluw adalah melebihi batas dalam pujian atau celaan yang tidak berhak baginya".

Ibnu Hajar berkata: "ghuluw ialah berlebihan dalam ibadah dan bertasyadud dengan melampaui batas".

Syaikh Sulaiman bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahab menambahkan: patokan ghuluw adalah berlebihan dalam apa-apa yang diperintahkan Allah, mereka disebut dengan thughyaan, Allah I melarang dari berbuat demikian. Firman Allah Ta'ala:

ولا تطغوا فيه فيحل عليكم غضبي ( طه: 81)

Macam-Macam Ghuluw

a) Ghuluw dalam I'tiqod secara menyeluruh

Maksud dari ghuluw dalam I'tiqod secara menyeluruh adalah: ghuluw yang berkaitan dengan seluruh syare'at dan masalah-masalah aqidah, seperti: ghuluw dalam wala' dan Baro', ghuluw terhadap para Imam dan mema'shumkan mereka, atau berlepas diri dari mujtama' ahli ma'shiyat, atau ghuluw dalam hal takfir, sebagaimana mengkafirkan seseorang hanya dengan ma'shiyat.

b) Ghuluw dalam sebagian perbuatan

Ghuluw dalam sebagian perbuatan yang berkaitan dengan salah satu bagian atau lebih dari bagian syare'at, baik perkataan dengan lesan maupun perbuatan dengan anggota badan, seperti; qiyamul lail semalaman. Dan jika ghuluw dalam sebagian amalan ini berkaitan dengan aqidah yang rusak, maka akan berubah menjadi ghuluw dalam aqidah, seperti; berlepas diri dari masjid kaum muslimin karena dia melihatnya sebagai masjid dhiror . [1]

Allah I melarang ahli kitab dari ghuluw dan ithro', hal ini kebanyakan dilakukan oleh kaum Nashrani, mereka melampaui batas dengan mengangkat Nabi Isa p diatas kedudukan yang telah diberikan Allah padanya, serta merubah dari derajat kenabian sampai menjadikannya tuhan selain Allah, mereka menyembahnya sebagaimana menyembah Allah Ta'ala, bahkan mereka berlebihan terhadap para panutannya, mengikuti setiap apa yang diucapkannya baik itu benar maupun bathil, sesat atau membawa petunjuk, jujur atau dusta, oleh karena itu Allah lberfirman:

اتخذوا أخبارهم ورهبانهم أربابا من دون الله ....... الأية

ولا تقولوا على الله إلا الحق maksudnya: janganlah kamu mengada-ada terhadap Allah, dan menjadikan bagi diriNya istri dan anak (Maha suci Allah dari itu semua), maka tidak ada Ilah selainNya.

Allah lberfirman yang artinya: "Hanyasanya Al Masih, 'Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya" (Al An'am: 171)

Hanyasanya Isa p adalah hamba Allah serta makhluqNya, dengan berfirman: Jadilah maka jadilah dan Nabi Isa diciptakan dari kalimat yang ditiupkan Malaikat Jibril kepada Maryam.[2]

Ghuluw terhadap orang-orang sholeh adalah termasuk syirik didalam Uluhiyah, dan syirik itu sebesar-besar dosa.

Ghuluw ialah berlebihan dalam pengagungan dengan perkataan dan keyakinan, maksudnya mengangkat seorang makhluq ketempat yang tidak layak ditempati kecuali Allah l. Khitob ayat diatas walaupun ditujukan kepada ahli kitab namun ayat itu umum dan mencakup seluruh umat, sebagai peringatan bagi mereka untuk tidak berbuat ghuluw terhadap Rosulullah n sebagaimana yang telah dilakukan kaum Nashrani kepada Nabi Isa p dan kaum yahudi kepada Uzair. (QS. 57; 16) oleh karena itu Rosulullah n bersabda

لا تطرونى كما أطؤت النصارى بن مريم

Maka setiap yang mengaku sebagai nabi atau wali berarti telah menjadikan dirinya Tuhan selain Allah dan menyerupai kaum Nashrani pada kesyirikan mereka, dan kaum Yahudi pada tafrithnya. (QS 5: 37)

قال شيخ الإسلام رحمه الله: " من تشبه من هذه الأمة باليهودى والنصارى وغلا فى الدين بإفراط فيه أو تفريط فقد شابههم

Artinya: "Barang siapa dari umatku yang menyerupai kaum yahudi dan nashrani dan ghuluw terhadap agama dengan ifroth maupun tafrith maka sungguh telah menyerupai mereka".

Didalam shohih Bukhori disebutkan dari Ibnu Abbas zia berkata dalam firman Allah Ta'ala; وفالوا لاتذرنّ آلهتكم ولا تذرنّ وداًّ ولا سواعا ولا يغوث ولا يعوق ونسرا : (mereka adalah laki-laki sholeh dizaman nabi Nuh p)))). maka tatkala laki-laki sholeh itu mati, syeitan membisikkan kepada kaumnya (Nuh) "Buatlah patung ditempat mereka duduk, serta namailah dengan nama mereka (Wad, suwa, Yaghuts, Nasra), lalu mereka membuat patung itu tapi tidak disembah, sampai yang membuat patung-patung itu mati, seiring dengan berlalunya masa, dan ilmu telah dilupakan maka patung itu disenbah".

Ibnu Jarir berkata: "Telah berkata kepada kami Ibnu Hamid, telah berkata kepada kami Mahron dari Sufyan dari Musa dari Muhammad bin Qois berkata: "Yaghuts, Ya'uq dan Nasra adalah kaum Sholeh dari anak Adam dan mereka mempunyai para pengikut, maka tatkala mereka mati sahabat mereka berkata: jikalau kita menggambar mereka pasti akan membuat kita rindu kepada ibadah, maka mereka menggambarnya lalu tatkala mereka mati dan datang kaum yang lain, Iblis membisikkan kepada mereka: "hanyasanya patung itu disembah, dan mereka meminta hujan darinya, kemudian mereka menyembahnya".[3]

Ghuluw dilarang dalam agama karena mengandung beberapa kerusakan:

1. ghuluw dapat merubah sang maghluw, jika ghuluw itu bersifat pujian maka sang maghluw akan naik kedudukannya, dan jika bersifat celaan akan terjadi sebaliknya

2. menyebabkan peribadatan kepada sang maghluw

3. menghalangi akan pengakuan keagungan Allah

4. jika sang maghluw ada, maka ia akan merasa tinggi, besar serta bangga terhadap dirinya sendiri

Ada satu permasalahan dalam tafsir ayat ini yaitu: "perkataan Ibnu Abbas (mereka adalah laki-laki sholeh dizaman nabi Nuh p ) dtinjau dari dlohir ayatnya mereka adalah kaum sebelum Nabi Nuh p. (QS Nuh: 21-23) dengan alasan bahwa Nabi Nuh melarang mereka dari menyembah patung dan memerintahkan untuk beribadah kepada Allah semata, akan tetapi mereka membangkang dan berkata "janganlah kamu meninggalkan Tuhan-Tuhanmu" (ini adalah perkataan Muhammad bin Ka'ab bin Qois) dan ini adalah pendapat yang rojih dilihat dari dlohir ayatnya. Maka yang penting dari tafsir ayat ini ialah: bahwa patung-patung itu ada pada zaman Nabi Nuh p, mereka adalah laki-laki sholeh, setelah masa berlalu merekapun menyembahnya.

Ibnu Qoyyim berkata: "lebih dari satu salaf mengatakan tatkala mereka mati, kaum Nabi Nuh beri'tikaf diatas kuburan mereka, kemudian menggambar patung mereka, seiring waktu berlalu merekapun meyembahnya.

الأمد berarti zaman,sebagaimana tafsir Ibnu Abbas. Maka sebab terjadinya ibadah ialah ghuluw terhadap para orang sholeh hingga mereka menyembahnya.[4]

وعن عمر أن رسول الله n قال: لاتُطْروني كما أطرت النصارى ابن مريم إنما أنا عبد فقولوا : عبد الله ورسوله. أخرجاه

لاتطروني dengan didzommahkan awalnya, dan disukunkan yang kedua, berasal dari kata إطراء artinya: "sangat berlebihan dalam memuji" ma'nanya: janganlah kamu melebihi batas dalam memujiku, yang dengan itu akan menyeretmu kepada kekafiran, sebagaimana kaum nashrani terseret kepada kekafiran, karena mereka melampaui dengan menjadikan Nabi Isa p sebagai Tuhan, hal serupa juga terjadi pada diri Nabi Muhammad n dengan perkataan kepada Beliau: bolehkah kita bersujud kepadamu? Maka Rosulullah melarangnya.

إنما أنا عبد maksudnya milik Allah Ta'ala, Ia berbuat kepadaku menurut kehendakNya, maka tidak ada jalan keluar bagi saya dari lingkup ubudiyah. [5]

قال رسول الله n إياكم والغلوّ فإنما أهلك من كان قبلكم الغلوُّ (أخرجه النسائى فى مناسك الحج/ 3057 أبو غداة

Artinya: "Hindarilah olehmu ghuluw, karena sebab hancurnya umat terdahulu adalah ghuluw"

Lafadz إياكم adalah untuk ancaman, dan الغلوّ ma'thuf kepada إياكم , maksudnya hindarilah ghuluw sebagaimana keterangan diatas.

إنما adalah أداة الحصر digunakan untuk menetapkan hukum yang disebut dan menafikan yang lainnya.

أهلك mengandung dua pengertian:

1. kehancuran Dien

2. kehancuran badan, dan ghuluw menjadi sebab kehancuran apabila keluar dari perintah Allah.

Apakah hasr pada ayat diatas dikatakan secara haqiqi ataukah idlofy?

Jika dikatakan haqiqi, maka banyak hadist yang disandarkan kepada Rosulullah tentang kehancuran yang disebabkan oleh perbuatan selain dari ghuluw

قوله n : "إنما أهلك من كان قبلكم أنه إذا سرق فيهم الشريف تركوه وإذا سرق فيهم الضعيف أقاموا عليه الحد" (أخرجه البخارى، أحاديث الأنبياء/ باب: 54 رقم : 3475)

Artinya: "Hanyasanya hancurnya umat sebelum kamu adalah jika ada pencuri yang mulia (orang terpandang) diantara mereka, maka mereka meninggalkannya, dan bila ada pencuri yang lemah, maka mereka menegakkan had (hukum) atasnya"

Jika kita tetap mengatakannya secara haqiqy, maka tidak ada kehancuran kecuali disebabkan karena ghuluw, maka dua hadist itu menjadi bertentangan.

Dan jika dikatakan; hasr secara idlofy (dengan menentukan amalan tertentu) maka tak ada pertentangan diantara keduanya, hadist tentang ghuluw dimaksudkan kebinasaan secara ta'abbud, dan hadist yang lain dimaksudkan dengan kebinasaan secara hukum, maka manusia akan binasa jika hanya menghukumi yang lemah dan membiarkan yang (kuat) mulia. Dengan hadist ini Rosulullah memperingatkan umatnya akan ghuluw dan memberikan bukti bahwa ghuluw adalah sebab kebinasaan umat-umat terdahulu karena menyelisihi syare'at.

Diriwayatkan dari Imam Muslim dari Ibnu Mas'ud z: sesungguhnya Rosulullah n bersabda:

هلك المتنطعون قالها ثلاثا

Artinya: "Binasalah orang-orang yang banyak bicara". Beliau mengucapkannya tiga kali

Alasan diharamkannya ghuluw:

1. peringatan dari Rasul menunjukkan larangan

2. ghuluw adalah sebab binasanya umat-umat sebelum kita, dan sesuatu yang membuat binasa, maka menjadi haram [6]

Rasulullah n mengkabarkan akan bahaya tanathu' karena salah satu macam dari ghuluw, Abu Sa'adat berkata: mutanathi' adalah mereka yang mahir dalam pembicaraan dan terlalu berlebihan dalam beramal, mereka bicara dari ujung kerongkongan, contoh mutanathi' : melarang nikah dengan tujuan menjauhkan diri dari kenikmatan dunia, mempersempit manusia dari sesuatu yang masih diperselisihkan para ulama', menghukumi halal dan haram tanpa adanya dalil yang jelas dan sebagainya, Rasulullah mengatakannya 3 kali menunjukkan betapa pentingnya untuk menghindari tanathu'. [7]

* SEBAB – SEBAB GHULUW

  1. SEBAB YANG BERKAITAN DENGAN MANHAJ ILMIYAH

a) karena kebodohan

- bodoh terhadap kitab

- bodoh terhadap sunnah

- bodoh terhadap tujuan syare'at

- bodoh terhadap sunnah Robbany

- bodoh terhadap hakekat iman

- bodoh terhadap urutan-urutan hukum

- bodoh terhadap urutan-urutan manusia

- bodoh terhadap bahasa arab

- bodoh terhadap tarekh (sejarah)

b) bodoh yang berkaitan dengan manhaj ilmu

- berpaling dari ulama'

- ta'wil dan tahrif

- mengikuti syubhat

- tidak menerima dalam penggabungan diantara dalil yang ada

- bersandar kepada pendapat dan mimpi

c) bodoh dengan manhaj salaf

- isti'jal (tergesa-gesa)

- 'ashobiyah

2) SEBAB YANG BERKAITAN DENGAN JIWA DAN TARBIYAH

a) sebab dari diri sendiri

- hilangnya persatuan (kesepakatan)

- tidak mencukupkan dari kebutuhan

b) sebab dari tarbiyah

- lemahnya kesabaran

- putus asa

- kepribadian remaja

- mengikuti hawa nafsu

3) SEBAB DARI MASYARAKAT DAN DUNIA

a) sebab dari sosial masyarakat

- hilangnya hukum syare'at Allah

- rusaknya aqidah

- meninggalkan amar ma'ruf dan nahi munkar

- hilangnya sistem syuro

b) sebab dari dunia/ alam

- runtuhnya Khilafah Utsmaniyah

* AKIBAT /PENGARUH GHULUW

1) PENGARUH TERHADAP AQIDAH DAN FIKIRAN

a) dalam aqidah

- kesesatan

- perpecahan

b) dalam fikiran

- lari dari islam

- hilangnya sikap tawassuth

c) pengaruh terhadap akhlaq dan masyarakat

- jatuh kepada kejelekan dan ma'shiyat

- jauh dari Allah

- menghilangkan hak –hak sesama

- kebinasaan

* OBAT DARI GHULUW MASA KINI

1. OBAT AQIDAH DAN ILMU

a) aqidah

- berpegang pada kitab dan sunnah

- iltizam dengan manhaj salaf, ahlus sunnah wal jama'ah

- mengetahui hakekat iman dan hubungannya dengan amal

- mengobati aqidah yang rusak

b) ilmu

- menuntut ilmu syar'I

- mengetahui patokan salaf dalam beristidlal dan mengambil istimbath

- mengetahui patokan salaf dalam memahami lafaz-lafadz syar'I

- mengetahui tujuan syre'at

2) OBAT TARBIYAH DAN SOSIAL

a) tarbiyah

- tsiqoh kepada Allah

- menyibukkan dengan amal yang bermanfaat

- iltizam dengan manhaj ahlus sunnah wal jama'ah

- menghilangkan 'ashobiyah

b) sosial

- amar ma'ruf dan nahi munkar

- adil dalam menghukumi

- adanya hukuman (sanksi)

- hajr (mengisolasi)

* MANHAJ ULAMA' MASA KINI DALM MENGOBATI GHULUW

1. menjelaskan dasarnya

dengan memaparkan kebenaran, dan mengajarkan manusia sunnah serta menunjukkan kepada jalan yang lurus

2. menjelaskan bentengnya

dengan memperingati dari menyimpang dan mengikuti hawa nafsu dan syubhat

3. menjelaskan obatnya

dengan menyelesaikan masalah-masalah yang ada sesuai dengan apa yang terjadi, memberikan fatwa, dan menjelaskan jalan untuk lepas darinya. Ini membutuhkan peran ulama' dan mereka punya kewajiban yang tidak dibebankan kepada selain mereka.

"Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (QS Ali Imran: 18)

KESIMPULAN

1. mengetahui awal mula terjadinya syirik diatas bumi, yaitu dengan syubhat orang-orang sholeh

2. mengetahui bahwasanya syeitan menyeru kepada bid'ah walaupun dengan didasari niat yang baik

3. mengetahui larangan berbuat ghuluw

4. larangan membuat patung dan hikmahnya

5. sebab hilangnya ilmu dikarenakan matinya ulama'

REFERENSI

1. Musykilah Ghuluw fid Diin fil Ashril Hadhir, Abdurrahman bin Mu'al Al Luwaihiq

2. Tafsir Al quranul Adlim, Imam Ibnu Katsir

3. Fathul Majid Syarh Kitab Tauhid, Syaikh Abdurahman bin Hasan Alu Syaikh

4. Al Qoulul Mufid 'ala Kitab Tauhid, Muhammad bin Sholeh Utsaimin

5. Kitab Tauhid Haqullahi 'ala Abid, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab

6. Ad Durru Nadhiid 'ala kitabi tauhid Imam Mujaddid, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab


[1] Musykilah Ghuluw fid Diin fil Ashril Hadhir, Abdurrahman bin Mu'al Al Luwaihiq, hal: 23

[2] Tafsir Al quranul Adlim, Imam Ibnu Katsir, jilid: 1, hal: 784

[3] Fathul Majid Syarh Kitab Tauhid, Syaikh Abdurahman bin Hasan Alu Syaikh, (hal: 209-210)

[4] Al Qoulul Mufid 'ala Kitab Tauhid, Muhammad bin Sholeh Utsaimin hal: 226-228

[5] Kitab Tauhid Haqullahi 'ala Abid, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, hal: 46

[6] Al Qoulul Mufid 'ala Kitab Tauhid, Muhammad bin Sholeh Utsaimin hal: 231

[7] Ad Durru Nadhiid 'ala kitabi tauhid Imam Mujaddid, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab hal: 142

Tidak ada komentar: