Penyambutan Bush yang berlebihan menunjukkan betapa hegemoni peradaban Barat begitu besar kepada kita. Catatan Akhir Pekan [CAP] Adian Husaini ke-169
Pada hari-hari ini, pemerintah
Untuk apa Bush datang dan mengapa
Memang, penyambutan dan pengamanan yang sangat berlebihan terhadap rencana kedatangan Presiden Bush, seharusnya tidak dilakukan oleh bangsa
Di Bantul Yogyakarta, masih banyak rakyat yang belum dapat membangun rumahnya kembali. Pemerintah belum dapat menyelesaikan semua itu. Tapi, untuk persiapan penyambutan Bush, dana milyaran rupiah dengan mudah bisa dikucurkan.
Bagi umat Islam, Bush memang agak lain dengan
Esther Kaplan, dalam bukunya, With God on Their Side: How Christian Fundamentalists Trampled Science, Policy, and Democracy in George W. Bush’s White House, (
Tidak dapat dipungkiri, kebijakan perang melawan terorisme yang diluncurkan Bush adalah kebijakan yang diarahkan memerangi kelompok-kelompok Islam yang dipandang membahayakan kepentingan AS dan
Karena itu, meskipun dunia Islam tetap menolak, AS dan
Apakah kita patut ikut bergembira dengan kekalahan partai Bush itu? Melihat pengalaman yang lalu-lalu, kita tidak sepatutnya terlalu berharap banyak. Saya menduga, kebijakan AS terhadap Islam tidak akan banyak berbeda secara substansi antara Presiden Bush atau
Sebab, di AS, yang berkuasa secara riil bukan hanya pemerintah yang terlihat.
JFK, garapan Oliver Stone, mengarahkan kesimpulan bahwa pembunuh Kennedy adalah CIA. Tetapi, buku ‘Final Judgement’, karya Michel Colin Piper, menyimpulkan, bahwa pembunuh Kennedy adalah Mossad.
William Blum, mantan pejabat Departemen Luar Negeri AS, menulis sebuah buku berjudul “
Meskipun seringkali dibantah, kita masih melihat, kebijakan politik luar negeri AS tidak mampu keluar dari skenario politik kaum neo-konservatif yang menempatkan Islam sebagai potensi ancaman terbesar bagi AS. Karena itu, ketika berhadapan dengan Islam, para pejabat AS bersikap sangat paranoid, menunjukkan ketakutan nyang membabi-buta.
Hari Jumat (10 November 2006) ini, Harian Republika menurunkan sebuah tulisan menarik dari Dr. Indrawadi Tamin MSc, mantan Deputi Protokol, Pers, dan Media, Sekretariat Presiden. Tulisan itu berjudul “Bush, Denpasar, dan
Dalam bukunya, The High Priests of War, Michel Colin Piper menyebutkan, belum pernah dalam sejarah AS terjadi dominasi politik AS yang begitu besar dan mencolok oleh ‘tokoh-tokoh pro-Israel’ seperti dimasa Presiden George W. Bush. Sebagian besar anggota neo-kon adalah Yahudi. Salah satu prestasi besar kelompok ini adalah memaksakan serangan AS atas
Piper membahas peran kelompok garis keras Zionis Yahudi di AS dengan menguraikan satu persatu latar belakang dan tokoh-tokoh yang terlibat dalam konspirasi neo-konservatif ini, seperti Richard Perle, William Kristol, Donald Rumsfeld, Paul Wolfowitz, Rupert Murdoch, juga ilmuwan dan kolomnis terkenal seperti Bernard Lewis, Charles Krauthammer, dan tokoh-tokoh Kristen fundamentalis seperti Jerry Falwell, Pat Robertson, dan Tim LaHaye. Cengkeraman atau pembajakan kelompok neo-kon terhadap politik AS sebenarnya meresahkan banyak umat manusia. Mereka sedang menjalankan satu skenario besar “Perang Global”, dengan menempatkan Islam sebagai musuh utama peradaban dunia.
Karena itu, mungkin karena melihat Indonesia sebagai bangsa Muslim terbesar dan dianggap sebagai ‘sarang teroris’, maka AS meminta pengamanan yang super ketat terhadap Bush saat datang ke Indonesia. Apa yang pernah dialami oleh Indrawadi Tamin sebagai pejabat istana sangatlah menarik, karena menunjukkan sikap paranoid AS yang sangat tidak beralasan. Sikap paranoid itu tentulah juga karena diakibatkan oleh bayang-bayang dosa yang diperbuatnya sendiri.
William Blum sendiri menyatakan, bahwa lebih dari 50 tahun, secara klinis, politik luar negeri AS bisa dikatakan “gila” (However, it can be argued, that for more than half century American foreign policy has, in actuality, been clinically mad.). Karena itu, untuk mengkahiri kemelut internasional dan menciptakan rasa aman bagi masyarakat AS, Blum mengajukan konsep sederhana. Jika ia menjadi
Caranya, pertama, ia akan meminta maaf kepada semua janda dan anak yatim, orang-orang yang terluka dan termiskinkan akibat ulah imperialisme AS. Kedua, ia umumkan dengan jiwa yang tulus, ke seluruh pelosok dunia, bahwa intervensi global AS telah berakhir, dan umumkan bahwa
Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi, jauh-jauh sudah menyatakan tidak bersedia datang, jika diundang lagi untuk bertemu Bush. Saat pertemuan di Bali, tahun 2003 lalu, Hasyim Muzadi dan sejumlah tokoh agama sudah mengajukan berbagai usulan terhadap Bush, termasuk agar AS lebih menjadi ‘Bapak dunia’ dan bukan sebagai ‘polisi dunia’. Tetapi, berbagai usulan itu, tidak dipandang sebelah mata.
Dunia Islam dan juga dunia internasional juga sudah banyak menasehati Bush dan pemerintah AS. Dalam soal Palestina, dunia Islam sudah terlalu banyak menasehati AS agar jangan menjadikan
Semua fakta itu menunjukkan bahwa selama ini pihak AS tidak menganggap penting adanya dialog dengan dunia Islam. Dialog hanyalah basa-basi, karena aspirasi dunia Islam tidak didengar. Kita sudah paham sikap Barat itu, khususnya AS. Karena itu, menghadapi kedatangan Presiden Bush kali ini, umat Islam sudah seyogyanya dan wajib menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah. Kita imbau dan nasehatkan, agar Presiden SBY dan jajaran pemerintah RI tidak berlebihan dalam menyambut Bush. Jika mereka meminta yang berlebihan, lebih baik ditolak, demi martabat bangsa. Apalagi, jika mengingat, Pembukaan UUD 1945 sendiri dengan tegas menolak segala bentuk penjajahan di muka bumi.
Banyak pertimbangan taktis dan strategis dalam menerima kehadiran Bush kali ini. Tetapi, perlu kita imbau, agar para pemimpin negara kita yang Muslim juga memasukkan pertimbangan iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Allah sudah jelas-jelas mengingatkan kepada kita semua dalam Al-Quran: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi wali (pemimpin, pelindung, teman kepercayaan); sebagian mereka adalah wali bagi sebagian lainnya. Barangsiapa diantara kamu yang mengambil mereka menjadi wali, sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (al-Maidah: 51).
Sayang sekali, sebagai bangsa Muslim terbesar di dunia, kondisi kita sepertinya belum menyadari bahwa kita adalah bangsa yang mulia, karena iman dan taqwa. Bahkan, kita sudah diperingatkan oleh Allah, agar jangan menukar nikmat Allah dengan kehinaan dan kebinasaan:
“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan.” (Ibrahim:28).
Sebagai orang beriman, mestinya para petinggi negara kita berani bersikap mandiri dan menunjukkan sikap ‘izzah (mulia) dalam berhadapan dengan siapa pun di dunia ini. Allah memerintahkan kepada kita: “Janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan pula kamu berduka, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (Ali Imran: 139).
Kita memang menyesalkan penyambutan Bush yang berlebihan, tetapi kita juga perlu menyadari bahwa masalah kedatangan Bush hanyalah sebagian kecil dari masalah yang kita hadapi dari hegemoni peradaban Barat dalam berbagai bidang kehidupan. Kita perlu meletakkan masalah ini dengan proporsional, sebab agenda perjuangan umat Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar