Krisis multi dimensi yang melanda kita, sebenarnya karena manusia tidak mengenal jati dirinya, di samping imannya kepada Allah. Hal itu diakibatkan oleh ketidaktahuan manusia tentang siapa sesungguhnya Allah sebagai Tuhannya, sejauh mana kita mengenal Tuhan, Sang Muara segala ibadah! Bagaimana mungkin kita mendekatkan diri kepada Tuhan, apalagi mencintaiNya tanpa mengenalNya? Asma'ul-Husna tidak saja menjadi Entry Point untuk mengenal Allah, bahkan untuk meneladani sifat-sifatNya. Asma'ul-Husna yang merupakan perwujudan sifat-sifat Allah menjadi esensial untuk mengenal siapa Allah sesungguhnya sekaligus mengenal jati diri manusia sebagai khalifahNya di muka bumi.
“Siapa mengenal dirinya berarti mengenal Tuhannya†(HR. Muslim)
“Allah mempunyai Asma'ul-Husna, maka berdoalah kepadaNya dengan menyebut Asma'ul-Husna itu†(QS: Al-A'raf 7:180)
“Sesungguhnya engkau benar-benar mempunyai akhlak atau berbudi pekerti yang agung†(QS: Al-Qalam 68:4)
Berdasarkan
Namun sifat dasar ini belum bisa / mampu dirasakan atau diaplikasikan dikarenakan masih terhalang oleh hal-hal yang membelenggu hati kita atau hal-hal yang bersifat duniawi yang lebih dominan sehingga kita tidak bisa bertakhalluq atau meneladani sifat yang baik tadi apalagi membangkitkan akhlak dan budi pekerti yang Agung yang sudah ada pada diri kita sebagai manusia yang berakal.
Oleh sebab itu melalui program ini maka umat muslim diingatkan kembali dengan lembut dan jelas untuk mengenal ke 99 sifat-sifat Allah yang Husna agar mengenal jati dirinya sebagai Khalifah Allah di dunia yang pada akhirnya mampu menjadi pemimpin bagi dirinya.
Adian Husaini, M.A., (lahir Bojonegoro, 17 Desember 1965) adalah ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, sekretaris jenderal Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI) dan Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina-Majelis Ulama Indonesia (KISP-MUI), Anggota Komisi Kerukunan Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan anggota pengurus Majlis Tabligh Muhammadiyah.
Ia memperoleh pendidikan Islamnya dari Madrasah Diniyah Nurul Ilmi Bojonegoro (1971-1977), Pondok Pesantren Ar Rasyid Kendal Bojonegoro (1981-1984), Pondok Pesantren Ulil Albab Bogor (1988-1989), dan Lembaga Pendidikan Bahasa Arab, LIPIA Jakarta (1988). Gelar sarjananya di bidang Kedokteran Hewan diraih dari IPB, sedangkan gelar Master dalam bidang Hubungan Internasional diperoleh dari Pascasarjana Program Hubungan Internasional Universitas Jayabaya Jakarta, dengan tesis berjudul Pragmatisme Politik Luar Negeri Israel. Saat ini sedang menempuh pendidikan program doktor di
Salah satu aktivitas ilmiah dan organisasinya adalah sebagai peneliti di Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES)
Ia juga pernah menjadi wartawan Harian Berita Buana Jakarta, Harian Republika Jakarta, dan analis berita di Radio Muslim FM Jakarta, serta dosen Jurnalistik dan pemikiran Islam di Universitas Ibnu Khaldun
Produktivitasnya dalam menulis buku cukup tinggi, dengan kebanyakan karyanya bersifat kontrainformasi terhadap maraknya gerakan liberalisme Islam (khususnya di
Tidak ada komentar:
Posting Komentar